Monday, December 21, 2009

Bank Mutiara Incar Kredit Rp 2,2 Triliun Tahun 2010

PT Bank Mutiara Tbk (sebelumnya Bank Century) menargetkan pertumbuhan kredit hingga 45% atau sebesar Rp 2,2 triliun tahun 2010.

Pertumbuhan kredit yang cukup besar tersebut dilakukan sebagai upaya manajemen untuk memperoleh laba bersih di tahun depan diatas Rp 250 miliar selain dari penerimaan fee based income.

Demikian dikatakan oleh Direktur Treasury Bank Mutiara Ahmad Fajar disela acara Costumer Gathering Bank Mutiara di Harum Manis Resto, Jakarta, Jumat malam (10/12/2009).

"Tahun 2009 ini, outstanding kredit sudah mencapai Rp 4,9 triliun, tahun depan rencananya akan tumbuh hingga Rp 2,2 triliun. Kita mengejar laba kedepan agar bisa lebih tinggi dari laba sekarang, laba saat ini per Oktober 2009 sudah mencapai Rp 231 miliar di akhir tahun 2009 bisa mencapai Rp 250 miliar dan di tahun depan kita targetkan Rp 270 miliar," papar Ahmad Fajar.

Fokus penyaluran kreditnya, lanjut Ahmad Fajar tetap di sektor retail dan kredit konsumer. Selain itu dikatakan Ahmad Fajar dari penerimaan Dana Pihak Ketiga, Bank Mutiara menargetkan pertumbuhannya mencapai Rp 1,5 triliun.

"Saat ini nasabah Mutiara kurang lebih mencapai 46.000 dan tahun depan ditargetkan akan bertambah nasabah baru sebanyak 10.000 nasabah," tuturnya.

Sumber : perbankan

Tuesday, November 17, 2009

BI Rate Tetap 6,5% Sampai Akhir 2009

(managementfile - Finance) - Bank Indonesia (BI) memperkirakan level suku bunga acuan (BI Rate) belum akan berubah dari posisi saat ini sebesar 6,5 % hingga akhir tahun 2009. Perubahan level Bi Rate masih menunggu sinyal-sinyal pemulihan global di akhir semester I-2010.

Pjs Gubernur BI, Darmin Nasution mengatakan bahwa bank sentral tidak ingin buru-buru menurunkan BI Rate lebih jauh lagi dalam dua bulan belakangan ini walapun masih ada ruang.

"Sebetulnya kita hanya tidak ingin buru-buru menurunkan BI Rate lebih jauh lagi, karena nantinya kita juga tidak ingin BI Rate yang diturunkan kemudian harus naik lagi," ujarnya di Gedung DPR-RI, Jakarta, Senin (16/11/2009).

Ia mengatakan, hal ini nantinya diharapkan akan membuat lebih stabil lagi sisi moneter. "Walaupun nanti kursnya (nilai tukar rupiah) mungkin saja terpengaruh aliran dana tapi dari sisi bunga kita tidak ingin lebih terbuka," tuturnya.

Ditempat yang sama Deputi Gubernur BI, Hartadi A Sarwono mengatakan tingkat BI Rate yang terus stagnan merupakan kebijakan moneter yang disebut sebagai forward policy.

"Itu karena kita melihat tingkat inflasi di posisi 5 % sampai 6 % kedepan," ungkapnya.

Meskipun, lanjut Hartadi, saat ini inflasi masih dibawah 3 % namun kita melihat kedepan. "Dengan acuan BI Rate 6,5 % dan inflasi di 2010 5% sampai 6% kita masih bisa stay," jelasnya.

Tapi, menurut Hartadi jika nanti bulan Desember 2009 dan Januari 2010 terjadi shock yang akan mengadjusted kebijakan moneternya tapi kebalikannya atau lebih baik dari yang kita perkirakan maka di 2010 BI Rate akan diturunkan.

"Perkiraan kita di triwulan I-2010 tidak akan ada kenaikan (inflasi) tetapi baru ada kenaikan di triwulan II-2010 yang sejalan dengan penguatan global. Itukan membawa tekanan demand yang tinggi dari sisi suplai dan tekanan nantinya kepada harga," papr Hartadi.

Akhir triwulan II-2010, lanjut Hartadi, pertumbuhan ekonomi global akan pulih khususnya Amerika Serikat.

"Pertumbuhan ekonomi AS itu cenderung tidak secepat yang diperkirakan, maka inflasi pun tidak sebesar yang kita perkirakan sehingga mungkin bisa turun lagi (BI Rate). Tapi jika pemulihan cepat maka nanti akan berbeda, tidak bisa dijawab saat ini," kata Hartadi.

sumber: managementfile.com

Sri Mulyani Update Situasi Ekonomi di Forum APEC

(managementfile - Finance) - Menteri Keuangan Sri Mulyani mendapat update mengenai situasi perekonomian global dan regional terkini dalam pertemuan Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) yang digelar di Singapura pekan lalu.

Melihat update situasi perekonomian yang disampaikan dalam forum APEC, Sri Mulyani menyatakan akan membuat kebijakan yang sesuai dengan prediksi kondisi perekonomian global ke depan sehingga tidak terpengaruh kondisi regional dan global.

"Kebijakan ekonomi perlu untuk disesuaikan atau diakselerasi. Kedua menjaga supaya kinerja ekonomi nasional tidak sangat mudah dipengaruhi kondisi regional dan global," ujarnya saat ditemui di kantornya, Jalan Wahidin Raya, Jakarta, Senin (16/11/2009).

Berdasarkan data perkembangan ekonomi dunia dan domestik terkini, pertumbuhan PDB dunia mulai membaik dari minus 1,1% pada 2009 diprediksi mencapai 3,1% pada 2010.


Begitu pula dengan pertumbuhan volume perdagangan dunia juga meningkat, dari minus 11,9% pada 2009 menjadi 2,5% pada 2010. Tingkat pengangguran dunia tahun 2009 mencapai kisaran 6,5% yang meningkat tajam dibandingkan awal 2008 sebesar 5,4%.

Defisit anggaran negara maju juga meningkat tajam dari 1,5% dari GDP di 2007 menjadi kisaran 8% dari GDP pada 2009. Utang pemerintah negara maju juga meningkat dan diperkirakan akan mencapai lebih dari 100% dari GDP di 2009.


Penerbitan Surat Utang Amerika naik dari US$ 1,1 triliun menjadi US$ 1,4 triliun. Inflasi global meningkat dari kenaikan harga-harga komoditas strategis karena peningkatan permintaan dunia.

Penguatan rupiah dan indeks saham Indonesia tertinggi dibanding regional. Untuk saham, Indonesia menguat pada 73,8%. Angka ini jauh dengan Jepang yang hanya mencapai 13,7% dan Malaysia yang hanya 42,5%. Begitu juga dengan nilai tukar, Indonesia mencapai angka 11,1%, sedangkan Malaysia 1,3% dan Jepang minus 0,3%.

Selain itu, dalam pertemuan internasional ini, Sri Mulyani menjelaskan pembahasan APEC kali ini adalah mencari cara untuk mensinkronisasikan kebijakan exit strategy dan perekonomian global agar lebih kuat, seimbang, dan berkesinambungan.

"Temanya sama bagaimana di APEC 21 negara bisa melakukan koordinasi untuk bisa seirama dengan G20 melalui suatu sinkronisasi kebijakan-kebijakan baik dalam menentukan exit atau bentuk ekonomi global yang lebih kuat, seimbang dan lebih sustainable," jelas Sri Mulyani.

Selain itu, tambah Sri Mulyani, para menteri keuangan mencoba mendefinisikan kebijakan-kebijakan fiskal yang sesuai untuk menunjang perbaikan ekonomi global dan memperbaiki peranan kebijakan fiskal untuk memperbaiki infrastruktur dan public private partnership (PPP).

"Kita coba lihat beberapa negara perbandingan apa-apa yang menjadi kendala dalam pembiayaan maupun pembangunan infrastruktur yang melibatkan swasta, ini akan dibuat berbagai macam mekanisme forum," ujar Sri Mulyani.

sumber: managementfile.com

ADB Kucurkan Pinjaman US$ 105 Juta ke Bank Mandiri

(Vibiznews-Banking) PT Bank Mandiri Tbk memperoleh fasilitas pinjaman senilai US$ 105 juta dari Asian Development Bank (ADB). Fasilitas ini digunakan untuk memperkuat struktur pendanaan.

Pinjaman tersebut terbagi menjadi dua bagian, yaitu pinjaman langsung dari ADB senilai US$ 75 juta dengan tenor 7 tahun, dan pinjaman yang berasal dari bank partisipan, seperti ING Bank N.V, senilai US$ 30 juta dengan tenor 5 tahun.

Direktur Treasury dan International Banking Bank Mandiri Thomas Arifin menyampaikan, faktor utama perseroan memilih pinjaman langsung dari ADB adalah reputasi ADB yang sangat baik di dunia internasional.

"ADB dikenal sebagai institusi multilateral yang memiliki komitmen dan kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan hidup, serta fokus pada upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi negara berkembang dan upaya pengentasan kemiskinan khususnya di wilayah Asia," ungkapnya di Yogyakarta, Jumat (13/11/2009).

Lebih lanjut, ia mengatakan, pertimbangan lain antara lain faktor pricing yang lebih baik dibandingkan dengan penerbitan obligasi, serta tenor pinjaman yang cukup panjang, sesuai dengan tujuan memperkuat struktur pendanaan jangka panjang.

"Pinjaman ADB ini sangat tepat waktu seiring rencana ekspansi Mandiri ditengah situasi keuangan global yang belum pulih dari krisis," papar Thomas.

Sementara itu, Director General of The Private Sector Operations Department ADB Philip Erquiaga mengemukakan, Indonesia masih memerlukan investasi yang signifikan dalam pembangunan infrastruktur dan sektor ekonomi lainnya untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi.

"ADB melihat Bank Mandiri mampu memanfaatkan pinjaman jangka panjang untuk memenuhi permintaan fasilitas pembiayaan yang semakin meningkat, seperti pembiayaan pembangunan infrastruktur," jelasnya.

Bank Mandiri Cabang Jateng Targetkan Pertumbuhan Kredit 15 Persen

Bank Mandiri wilayah Jawa Tengah (Jateng) menargetkan pertumbuhan kredit tahun 2010 sebesar 15 persen. Hal ini lebih tinggi dibandingkan dengan target perseroan ditahun ini yang hanya 11 persen.

"Kami optimistis kredit tumbuh sebesar 15 persen," ujar Vice President Regional VII-Semarang Bank Mandiri, Arnold, di Hotel Sheraton, Yogyakarta, Jumat (13/11/2009).

Fokusnya, lanjut Arnold meliputi? kredit mikro, small, komersial, dan korporat. Pertumbuhan kredit Bank Mandiri wilayah Jateng secara keseluruhan pada kuartal ketiga tahun 2009 tercatat rata-rata sebesar 12 persen.

"Sudah melebihi rencana bisnis bank tahun ini," katanya. Adapun jumlah kredit macet di Bank Mandiri wilayah Jateng, tercatat di bawah tiga persen untuk kredit komersial, small, dan korporat.

"Sementara untuk pertumbuhan kredit mikro sebesar 5-6 persen. Kredit jenis mikro paling banyak diminati, pemberian kreditnya di bawah Rp 200 juta, kredit small antara Rp 200 juta - Rp 2 miliar, kredit komersial untuk size besar hingga Rp300 miliar," paparnya.

Lebih lanjut Ia mengatakan, meski kredit tumbuh melambat karena pengaruh krisis global, hingga saat ini kredit di wilayah Jateng tetap tumbuh baik.

"Wilayah Jateng cukup bagus pertumbuhannya dan sudah di atas target," pungkasnya.

sumber: vibiznews.com

Bank Mandiri Targetkan Pertumbuhan Laba Bersih Hingga 20% di 2010

(Vibiznews-Banking) PT Bank Mandiri (Persero) Tbk menargetkan pertumbuhan laba tahun 2010 mencapai 20%. Di samping itu, pertumbuhan kredit juga ditargetkan meningkat dari tahun 2009 sebesar 18% menjadi 20% pada tahun 2010.

Demikian dikatakan oleh EVP Coordinator Finance and Strategy Mandiri Pahala N Mansyuri dalam Diskusi Prospek Ekonomi dan Tantangan Industri Perbankan 2010 di Hotel Sheraton, Yogyakarta, Sabtu (14/11/2009).

"Kredit tumbuh tahun ini di kisaran 18%, tahun depan di kisaran 18%-20%. Sedangkan dari laba, Mandiri di tahun ini menargetkan 16% dan harapannya bisa sampai 15% - 20% di tahun 2009," ujar Pahala.

Ia mengatakan, pertumbuhan laba tahun 2010 ditopang oleh perbaikan Rasio Kredit Bermasalah (NPL) sehingga profitabilitas akan membaik. "NPL yang akan membaik, akan mengurangi pencadangan (PPAP) Mandiri," tuturnya.

Pahala menjelaskan, pada bulan September 2009, NPL Mandiri secara nominal turun sebesar Rp 1,1-1,2 triliun. "Jadi dari sekitar Rp 8 triliun menjadi Rp 7 triliun. Sehingga ini yang menyebabkan rasio PPAP kita terhadap NPL turun signifikan," ungkapnya.

NPL, lanjut Pahala yang saat ini berada di kisaran Rp 7 triliun merupakan rasio yang cukup rendah.

"Sehingga pada tahun depan mungkin tidak akan menaikkan rasio PPAP menjadi lebih signifikan lagi. Karena sekarangkan kita sudah punya NPL nominal sudah cukup turun signifikan," tuturnya.

Tahun 2010, menurut Pahala, pencadangannya akan lebih sedikit dibandingkan tahun 2009. "Sampai akhir tahun 2009 PPAP kita antara Rp 2,2 triliun sampai Rp 2,3 triliun. Maka tahun 2010 bisa di bawah angka tersebut," katanya.

Pencadangan di tahun depan juga sedikit dipengaruhi oleh diberlakukannya Penerapan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Pahala mengatakan dengan adanya PSAK di 2010 maka pencadangan umum sudah tidak lagi dibutuhkan. "Maka tahun depan bisa di set off sendiri atau dengan istilahnya impairment ," jelasnya.

Pertumbuhan Kredit Perbankan Nasional

Sementara itu, Pahala mengatakan untuk pertumbuhan kredit perbankan nasional juga akan tumbuh namun tidak signifikan.

"Jika dilihat dengan adanya penurunan suku bunga kredit dan dilihat dari tingkat inflasi pada tahun 2010 yang masih terkendali serta suku bunga bank Indonesia yang diprediksikan berada di 7% sampai 7,5% maka pertumbuhan kredit akan naik," ungkapnya.

"Kredit tahun 2010 bisa mencapai 18% sampai 20%," tegasnya.

Ia juga menambahkan, dari pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) juga akan tumbuh tahun depan sebesar 12% sampai 15% hal ini akan mendukung sisi profitabilitas perbankan tahun 2010.

sumber: vibiznews.com

Monday, October 19, 2009

Pajak Agen Asuransi 50% Lebih Ringan

Direktorat Jenderal Pajak telah memberlakukan perhitungan pajak dengan sistem norma 50 bagi para agen asuransi. Artinya hanya 50% dari total penghasilan agen asuransi yang terkena pajak.

Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Stephen Juwono mengatakan dengan adanya norma 50 ini, para agen asuransi dianggap sebagai profesi pekerja lepas yang memiliki bisnis sendiri. Namun, papar Stephen, para agen asuransi juga tetap harus melakukan penjualan secara profesional.

AAJI menyambut baik Peraturan Ditjen Pajak mengenai perubahan sistem perhitungan PPh untuk agen asuransi yang menggunakan sistem norma 50. Aturan perhitungan baru ini telah diterbitkan pada 12 Oktober 2009 dan berlaku surut sejak 1 Januari 2009.

Read More

Monday, July 20, 2009

Mengapa Asuransi itu Penting?

(Vibiznews – Column) – Satu konsep yang harus dihadapi dalam kehidupan adalah resiko. Resiko selalu ada karena ketidaktahuan kita atas kondisi yang akan terjadi di masa depan. Sifatnya yang demikian membuat setiap pilihan selalu 2 sisi yang selalu berjalan bersama, yaitu sisi keuntungan dan sisi resiko. Sebagai contoh, jika kita memutuskan untuk menggunakan mobil pribadi, maka kita akan terhidar dari resiko kehujanan dan kepanasan, namun kita juga akan bertemu dengan resiko kecelakaan; keputusan untuk bekerja keras akan memungkinkan kita menghasilkan banyak uang namun juga berhadapan dengan resiko penyakit. Adakah cara agar resiko dapat dikurangi?

Read More

Wednesday, July 15, 2009

Penghargaan Insurance Company Terbaik 2009




Vibiznews – Insurance) Penganugerahan penghargaan kepada perusahaan asuransi terbaik di Indonesia tahun 2009 versi majalah Investor telah berlangsung hari Rabu (1/7) malam di Ballroom Hotel Ritz carlton, Pasific Place, Jakarta. Acara berjalan meriah dan tertata apik, dibuka oleh Tanri Abeng disambung dengan opening speech oleh Fuad Rahmani - Ketua Bapepam LK. Fuad rahmani mengangkat topik tentang upaya pemerintah untuk memberikan insentif pajak bagi para pemegang polis. Langkah terobosan ini diambil untuk mendongkrak pertumbuhan dan penetrasi industri asuransi nasional yang pada ujungnya dana asuransi yang dihimpun dapat digunakan sebagai salah satu sumber pembiayaan infrastuktur.

Read More

Tuesday, July 14, 2009

Pencabutan Izin Usaha 8 (Delapan) Perusahaan Asuransi & 13 Perusahaan Penunjang Usaha Asuransi

(Vibiznews - Insurance) - Pada hari Kamis, 5 April 2007, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan-Departemen Keuangan Republik Indonesia mengeluarkan Press Release tentang pencabutan izin usaha dari 8 perusahaan asuransi dan 13 perusahaan penunjang usaha asuransi sebagai berikut :

I. 8 (delapan) PERUSAHAAN ASURANSI, terdiri dari :

3 (tiga) PERUSAHAAN ASURANSI UMUM, yaitu :
1. PT Asuransi Prima Perkasa Internasional
2. PT Anugerah General Insurance
3. PT Asuransi Anugerah Bersama

5 (lima) PERUSAHAAN ASURANSI JIWA, yaitu :
1. Koperasi Asuransi Jiwa Indonesia
2. PT Asuransi Jiwa Buana Putera
3. PT Asuransi Jiwa Elite
4. PT Asuransi Jiwa Mukjizat Utama
5. PT Asuransi Jiwa NussaLife Financial

Read More

Saturday, March 21, 2009

CIMB Group, Fokus Asuransi Bentuk CIMB Sun Life

Selasa, 17 Maret 2009 11:35 WIB

(Vibiznews – Insurance) Salah satu bank terbesar asal Malaysia, yaitu CIMB Bank dan perusahaan asuransi asal Kanada Sun Life Financial sepakat untuk membentuk suatu usaha asuransi patungan di Indonesia.

Sebagai bagian dari perjanjian usaha patungan tersebut adalah pihak CIMB melalui anak usahanya CIG akan melepas 49% saham yang dimilikinya di Indonesia atas PT Commerce International kepada Sun Life Financial seharga US$ 22,7 juta... Read More >>>

UU Baru Diloloskan, Pemerintah AS Hambat Bonus Ekskutif

Jumat, 20 Maret 2009 10:47 WIB

(Vibiznews – Insurance) Aksi American International Group (AIG) memberikan bonus-bonus dalam jumlah yang cukup besar setelah menerima dana bailout untuk ketiga kalinya ternyata kini mendapat tantangan. Pemerintah AS tidak rela membiarkan para eksekutif-eksekutif yang perusahaannya menerima bailout mendapatkan bonus dalam jumlah besar dari pajak rakyat AS.

AIG sebelumnya masih memutuskan untuk memberikan bonus sebanyak US$ 165 juta... Read More >>>